KOMPAS.com – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memberikan rekomendasi penanganan cacar monyet yang kini sudah ditemukan beberapa kasus di Indonesia.
Menurut laporan Dinas Kesehatan DKI Jakarta per 27 Oktober 2023, sudah ada 15 kasus positif cacar monyet atau monkeypox di Indonesia, satu di antaranya dinyatakan sembuh. Hampir semuanya mengalami gejala cacar monyet ringan dan tertular secara kontak seksual.
Data tersebut juga menunjukkan, ke semua pasien cacar monyet adalah laki-laki dengan usia antara 25-50 tahun.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT mengatakan dalam siaran persnya, Minggu (29/10/2023), diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penyakit cacar monyet.
Tak hanya itu, Adib menjelaskan juga pentingnya meningkatkan akses pengobatan yang efektif, peningkatan pendanaan untuk penelitian dan upaya pengendalian cacar monyet.
“Serta pembentukan respons terkoordinasi yang melibatkan partisipasi semua negara, terutama di Asia Tenggara,” imbuhnya.
Ketua Satgas Mpox IDI, Dr Hanny Nilasari, Sp DVE mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit monkeypox adalah alasan utama mengapa cacar monyet masih diabaikan di Asia Tenggara.
Menurutnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala cacar monyet, mungkin juga tidak tahu cara melindungi diri dari penyakit tersebut.
Kurangnya informasi ini, kata Hanny, dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, yang dapat berakibat lebih parah.
Hanny juga mengatakan, orang mungkin berasumsi bahwa gejala cacar monyet yang dialaminya tidak serius dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, kasus Mpox yang ringan tetap dapat menular dan menyebar, bahkan dapat berakibar fatal terutama pada pasien dengan imunitas rendah.
Hanny menjelaskan, PB IDI memberikan rekomendasi lanjutan tentang penanganan cacar monyet, di antaranya sebagai berikut.
1. Edukasi tentang cacar monyet
Banyak masyarakat yang belum memahami informasi terkait penyakit monkeypox dengan baik.
Oleh karenanya, diperlukan edukasi, terutama tentang infeksi cacar monyet, cara penularan, pencegahan hingga deteksi dini.
2. Penularan cacar monyet
Lebih dari 90 persen penularan cacar monyet terjadi melalui kontak erat, terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox.
Misalnya dengan tidak menggunakan barang bersama, seperti handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur, alat mandi dan lain sebagainya.
3. Populasi risiko tinggi
Orang-orang yang berisiko tinggi diimbau untuk lebih mewaspadai. Misalnya memiliki multipartner, memiliki kondisi imunokompromais (autoimun, dan penyakit kronis lain), menghindari perilaku berisiko. Hubungan seksual aman dengan menggunakan kondom, serta lakukan vaksinasi.
4. Waspadai gejala cacar monyet
Masyarakat yang termasuk populasi berisiko, dianjurkan untuk segera mengunjungi dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului demam.
5. Lakukan skrining
Pada kasus terduga Mpox, disarankan lakukan skrining atau pemeriksaan awal. Wawancara tentang perkembangan penyakit, berupa pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap, serta pemeriksaan swab.
6. Obat antivirus dan vaksin
Penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ditunjuk dengan alur permintaan sesuai yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi, serta skala prioritas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Apa #Saja #Rekomendasi #IDI #Soal #Penanganan #Cacar #Monyet #Indonesia #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli