KOMPAS.com – Banyak objek di luar angkasa, seperti planet, bintang, bulan, bahkan galaksi memiliki satu kesamaan, yakni mereka berputar.
Lantas, apakah alam semesta juga berputar seperti objek-objek lainnya?
Penelitian tentang gerak alam semesta
Pertanyaan mengenai gerak alam semesta adalah salah satu misteri yang telah dipelajari dengan cermat oleh para kosmolog. Pasalnya, misteri ini dapat memberi tahu tentang sifat dasar alam semesta.
Menurut Tess Jaffe, ahli astrofisika di Universitas Maryland dan asisten ilmuwan di Goddard Space NASA, mempelajari gerak alam semesta adalah cara untuk mempelajari fisika fundamental.
Jaffe menambahkan, ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diuji di laboratorium di Bumi, jadi para ilmuwan menggunakan alam semesta dan geometri alam semesta untuk menjelaskan fisika fundamental.
Para ilmuwan, dalam memikirkan sifat dasar alam semesta, memulai dengan asumsi bahwa alam semesta tidak berputar dan bersifat isotropik, yang artinya terlihat sama ke segala arah.
Asumsi ini sejalan dengan persamaan Albert Einstein. Dari pemikiran tersebut, para ilmuwan membentuk standar model kosmologis yang menggambarkan alam semesta.
Untuk mengetahui apakah asumsi tentang alam semesta dan fisika fundamentalnya benar, para ilmuwan mengumpulkan observasi untuk menguji model mereka.
Secara khusus, para ilmuwan menggunakan cahaya dari latar belakang gelombang mikro kosmik.
Cahaya ini adalah cahaya tertua yang dapat diamati, yang dipancarkan 380.000 tahun setelah Big Bang, dan merupakan “gudang” informasi bagi para kosmolog yang mempelajari alam semesta.
Gelombang mikro kosmik terlihat hampir sama di segala arah, namun terdapat variasi kecil pada suhunya, hanya seperseribu derajat, yang dipengaruhi oleh sejarah, isi, dan geometri alam semesta.
Dengan mempelajari perbedaan-perbedaan ini, para ilmuwan dapat melihat apakah alam semesta telah melengkung, yang menunjukkan rotasi atau perluasan yang meningkat ke satu arah dibandingkan arah lainnya.
Pengukuran polarisasi cahaya, pada dasarnya orientasinya, juga dapat memberikan informasi tentang geometri alam semesta.
Para ilmuwan menemukan bahwa cahaya gelombang mikro kosmik tidak menunjukkan bukti bahwa alam semesta berputar.
Selain itu, menurut sebuah studi tahun 2016 di jurnal Physical Review Letters, kemungkinan bahwa alam semesta bersifat isotropik adalah 120.000 berbanding 1, artinya alam semesta terlihat sama ke mana pun kita melihat.
Studi lain menemukan bahwa 95% kemungkinan bahwa alam semesta itu homogen, artinya alam semesta sama di semua tempat dalam skala besar.
Semua penelitian ini menunjukkan bahwa alam semesta sebagian besar homogen dan tidak berputar.
Kesimpulan ini adalah kesimpulan yang tidak mungkin berubah. Pengukuran polarisasi gelombang mikro kosmik di masa depan mungkin akan lebih baik, namun data baru ini sepertinya tidak akan menantang temuan sebelumnya.
Meskipun hasil bahwa alam semesta tidak berotasi tentunya melegakan para kosmolog yang mendasarkan model mereka pada asumsi ini, hal ini juga memberi perspektif menarik mengenai posisi Bumi di alam semesta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Apakah #Alam #Semesta #Berputar
Klik disini untuk lihat artikel asli