JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, pihaknya menerima pandangan dan kritikan para ahli termasuk ekonom senior Faisal Basri terkait hilirisasi yang menguntungkan China.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito mengatakan, program hilirisasi yang dilakukan pemerintah memang harus diiringi dengan industrialisasi agar lebih menguntungkan.
“Jadi pandangan-pandangan pakar termasuk kemarin ada kritikan terhadap pemerintah dari Faisal Basri ini ya kita harus sikapi secara positif, bahwa melihat dari hilirisasi belum selesai, harusnya ada industrialisasi,” kata Warsito dalam Media Gathering di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (28/8/2023).
Warsito mengatakan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita telah menginstruksi sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) harus membuat road maps atau peta jalan untuk hilirisasi hasil hutan, mineral non logam, karet, dan logam.
Ia mengatakan, IKFT akan membuat rencana kerja program hilirisasi baik untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.
“Nah ini yang kita ingin selaraskan dengan rencana induk pembangunan Indonesia,” ujarnya.
Kemenperin Jawab Kritik Faisal Basri: Benefit Hilirisasi Nikel Itu Nyata
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, Wiwik Pudjiastuti menambahkan, industri mineral non logam tumbuh hampir 25 persen pada 2022.
“Karena di tahun 2022, sektor kita itu investasinya bertumbuh hampir 25 persen. Di angka 24,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya tahun 2021,” kata Wiwik dalam kesempatan tersebut.
Lebih lanjut, Wiwik juga mengatakan, investasi baru di sektor industro mineral nonlogam tercatat Rp 7,3 triliun pada Semester I Tahun 2023 atau naik 26,2 persen dari tahun sebelumnya.
“Tentunya ini kalau kita bicara dari data pun kita juga tidak bisa melihat bahwa di sini ada deindustrialisasi khususnya di sektor mineral logam,” ucap dia.
Bantah Jokowi, Faisal Basri Sodorkan Data Hitungan Hilirisasi yang Dinilai Untungkan China
Sebelumnya, Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan, kebijakan hilirisasi yang menjadi kebanggaan pemerintah Indonesia hanya mendukung industrialisasi di China saja.
Untuk itu, sudah semestinya pemerintah melakukan strategi industrialisasi, dan bukan hanya sekedar melakukan kebijakan hilirisasi.
“Sayangnya tidak ada namanya strategi industrialisasi, yang ada adalah kebijakan hilirisasi,” ujar Faisal dilansir dari Kontan.co.id, Rabu (9/8/2023).
Menurutnya, industrialisasi bisa membuat struktur perekonomian lebih kuat dan sektor industri bisa meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sementara, hilirisasi hanya sekedar mengubah bijih nikel menjadi nickel pig iron (NPI) atau feronikel yang 99 persennya diekspor ke China.
“Jadi hilirisasi di Indonesia nyata-nyata mendukung industrialisasi di China. Luar biasa,” katanya.
Untuk itu, Faisal menilai bahwa produk turunan nikel masih bisa dimaksimalkan lagi pengolahannya, lantaran saat ini Indonesia hanya merasakan 10% dari nilai tambah tersebut.
“Sungguh hilirisasi itu kita tidak dapat banyak, maksimal 10 persen. 90 persennya lari ke China,” tegas Faisal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Jawab #Kritik #Faisal #Basri #Kemenperin #Hilirisasi #Belum #Selesai #Harus #Ada #Industrialisasi
Klik disini untuk lihat artikel asli