KOMPAS.com – Dinamika menjadi anak tengah dalam keluarga belakangan sedang jadi pembahasan berkat konten komika Bintang Emon.
Dengan kocak, ia memerlihatkan nasib anak tengah yang kerap menjadi ‘budak’ anak sulung tapi harus selalu mengalah pada adiknya.
Hal yang ditampilkan Bintang Emon mungkin terasa familiar bagi beberapa orang, yang bisa dikategorikan sebagai sindrom anak tengah.
Sejumlah pakar percaya jika urutan kelahiran dalam keluarga bisa memengaruhi kepribadian seseorang.
Anak tengah cenderung kurang mendapat perhatian dari orangtua dan merasa terjebak di antara anak sulung dan bungsu.
Akibatnya, kita memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang berbeda dari kakak dan adiknya.
Sindrom anak tengah memang bukan kondisi medis yang resmi meskipun secara psikologis bisa berdampak pada seseorang.
Berikut adalah ciri khas kepribadian anak tengah berdasarkan pengamatan para ahli:
Anak tengah cenderung bertindak melawan orangtuanya selain juga kurang relijius dibandingkan keluarganya.
Anak tengah pandai menjadi mediator dan menciptakan keadilan dalam berbagai situasi.
Mereka juga teman yang dapat dipercaya dan anggota tim yang baik.
- Kurang berorientasi keluarga
Dibandingkan saudaranya, anak tengah biasanya punya rasa memiliki yang lebih rendah terhadap keluarganya.
Anak tengah sering menganggap jika orangtuanya kurang peduli sehingga terbawa ke masa dewasa.
Biasanya, anak tengah tidak ragu untuk merantau jauh dari keluarga yang , ironisnya, bermula dari perasaan mereka disalahpahami oleh orangtua dan saudaranya.
Ciri khas anak tengah lainnya adalah menekuni bidang yang berbeda dengan kakaknya, untuk terlepas dari perbandingan.
Keistimewaan anak tengah

Menjadi anak tengah bukan hal yang buruk karena bisa mendorong kita untuk lebih berprestasi.
Hal ini dibuktikan oleh sejumlah pesohor seperti Bella Hadid, Nelson Mandela, Martin Luther King Jr.,Madonna, dan Bill Gates.
Sebagai anak tengah, kita mungkin bukan perfeksionis, tetapi menjadi pribadi yang lebih terbuka untuk mengambil risiko dan ide-ide baru.
Dalam penelitian, 85 persen anak tengah menunjukkan keterbukaan seperti itu, dibandingkan dengan 50 persen anak sulung.
Kita juga lebih terampil dalam tindakan persuasif dan debat.
Anak tengah bisa melihat lebih dari satu sisi argumen, yang membuat kita mampu berempati sekaligus berkompromi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Sindrom #Anak #Tengah #Kerap #Merasa #Dibayangi #tapi #Lebih #Mampu #Berempati #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli