JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua DPD Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta, Mualim Wijoyo menilai, pergeseran fungsi mal telah membuat sejumlah mal di DKI Jakarta yang tak bisa beradaptasi menjadi sepi pengunjung.
Ia menjelaskan, saat ini mal tidak lagi terbatas sebagai pusat perbelanjaan saja.
Fungsi mal sudah bergeser menjadi tempat wisata hingga pertemuan sosial.
“Saya tekankan bahwa mal saat ini bukan hanya sebagai tempat berbelanja tapi juga sarana wisata, juga destinasi sosial,” tutur Mualim.
Ia mengambil contoh dengan perbandingan masa lampau.
Dulu orangtua dan keluarga lebih sering berkumpul di rumah, namun kini banyak yang memilih mal sebagai lokasi pertemuan keluarga.
“Dulu generasi saya dan orangtua saya masih ada orang bertamu, ke saudara, teman dan lainnya. Tapi sekarang orang lebih ke janjian, ‘janjian yuk di mal’,” katanya.
“Nah itu berarti mal sudah menjadi tempat bersosialisasi bagi masyarakat sekitar,” ujar dia.
Sedangkan bagi masyarakat yang berasal dari luar daerah, kerap pula menjadikan mal sebagai destinasi wisata agar mendapat pengalaman baru di perkotaan.
“Bagi teman-teman daerah, mal itu juga sebagai tujuan wisata, bisa wisata belanja, hangout, experience. Apalagi sekarang banyak di medsos restoran menarik. Jadi orang yang datang ke Jakarta ingin mendapat experience itu,” tutur Mualim lagi.
Dengan fenomena baru ini, maka Mualim tidak heran, mal yang dulu pernah berjaya pada tahun 1990 sampai tahun 2000-an justru kini kondisinya memprihatinkan.
Catatan Kompas.com, ada sejumlah mal di Jakarta yang kini kehilangan daya pikatnya.
Ratu Plaza, Mal Blok M, dan Plaza Semanggi, ialah tiga di antara sekian mal yang nyaris kosong melompong karena sepinya pengunjung.
Gerai-gerai di mal itu sudah banyak yang tutup permanen.
Untuk itu, Mualim menyampaikan bahwa mal harus bisa memenuhi keinginan pasar dan tentunya terus berinovasi di tengah persaingan saat ini.
Mal tak bisa lagi sekedar menghadirkan pengalaman belanja yang menarik, tapi juga harus bisa menjadi tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi.
“Jadi mal itu harus bisa memenuhi keinginan pasar dan berinovasi untuk bertahan,” ujar dia.
Perbaikan, kata dia, juga harus diiringi dengan tenant yang ada di dalam mal tersebut. Terlebih gerai-gerai kuliner yang kini semakin pesat perkembangannya.
“Bukan hanya desain tapi variasi makanan juga harus disesuaikan, apakah western, oriental, lokal. Misal juga walau makanan tempo dulu bisa dikemas dengan baik di resto. Jadi, samping makanan enak, tempatnya juga nyaman,” tandas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Banyak #Mal #Jakarta #Sepi #Ini #Sebabnya #Menurut #Asosiasi #Pengusaha #Mal
Klik disini untuk lihat artikel asli