sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Friday, January 27, 2023
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
sumberterpecaya.com
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Home Lifestyle

Tak Mungkin Klaim Kebaya Cuma Milik Indonesia, Mengapa?

by admin
November 27, 2022
in Lifestyle
0
Tak Mungkin Klaim Kebaya Cuma Milik Indonesia, Mengapa?
152
SHARES
1.9k
VIEWS
Bagikan via Whatsapp

KOMPAS.com – Belum lama ini Singapura bersama dengan tiga negara lain, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand  mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya ke UNESCO.

Menurut Dewan Warisan Nasional Singapura (NHB), ini adalah pendaftaran multinasional pertama oleh Singapura yang melibatkan empat negara.

Kendati demikian, NBH juga mempersilakan negara-negara lain untuk ikut mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO.

Bukannya tidak diajak, beberapa pihak masih merasa bahwa kebaya adalah kebudayaan asli Indonesia, sehingga mereka lebih memilih agar Indonesia tidak ikut bergabung dengan negara lain.

Jika ditelusuri sejarahnya, masuknya kebaya ke Indonesia itu melalui jalur perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

“Literatur yang beredar menyebutkan bahwa ada banyak versi mengenai masuknya kebaya ke Indonesia. Ada yang bilang kebaya masuk ke Nusantara sejak abad 12, ada pula yang bilang sejak abad 15.”

Demikian penuturan aktivis kebaya sekaligus Ketua Bidang Kegiatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Atie Nitiasmoro kepada Kompas.com, Jumat (25/11/2022) malam.

Atie juga mengatakan, beberapa literatur menyebut kebaya berasal dari budaya Arab.

“Karena pada saat itu perempuan di Nusantara masih bertelanjang atau hanya memakai kemben saja, akhirnya dipakaikan selendang untuk menutup bagian dada yang berasal dari kata abaya,” terangnya.

“Ada pula literatur yang menulis bahwa kebaya itu dari berasal dari Portugis, bahkan kata kebaya sendiri merupakan kata serapan dari kata ‘kabaja’. Itu juga ada yang bilang masuknya dari China,” jelas dia.

Seiring berjalannya waktu, kebaya yang masuk ke Indonesia mulai berakulturasi dengan masyarakat lokal yang kemudian menyebar ke berbagai daerah, paling banyak di Jawa atau kerajaan Majapahit.

“Dari yang awalnya dipakai oleh keluarga raja atau bangsawan, kebaya kemudian juga bisa dipakai oleh rakyat biasa,” kata Atie.

“Hanya yang membedakan itu dari bahan kebayanya saja. Kalau untuk kalangan bangsawan bahannya lebih bagus ada yang dari bludru dan sutera, tapi kalau masyarakat biasa pakai katun atau kain mori,” jelas dia.

Kemudian, lanjut Atie, orang Belanda yang datang ke Indonesia juga mengenakan kebaya.

Namun karena kebaya itu akhirnya disesuaikan lagi dengan gaya mereka yang dipakaikan renda di pinggir kebaya atau yang sering disebut sebagai kebaya noni.

Atie mengungkapka, kebaya sebenarnya merupakan culture sharing dari berbagai negara di wilayah ASEAN

“Negara-negara di ASEAN ini kan semua serumpun ya. Jadi yang namanya kebudayaan juga cair, sehingga tidak mungkin kita bisa mengklaim bahwa kebaya itu hanya milik Indonesia,” terangnya.

Menurut dia, pendaftaran kebaya ke UNESCO itu bukan nation identity atau nation pride, tapi soal culture sharing supaya budaya itu tidak punah.

“Secara pribadi, saya tidak masalah kalau Indonesia bisa ikut bergabung dengan negara lainnya untuk mendaftarkan kebaya, karena kita tidak bisa mengklaim bahwa kebaya itu hanya milik Indonesia,” ujar Atie.

Meskipun penggunaannya tidak sebanyak atau semasif di Indonesia, namun keempat negara tersebut terbukti memiliki kebaya.

Bahkan, di Malaysia dan Singapura sudah ada museum kebaya yang memiliki informasi lebih mendalam dibandingkan Indonesia.

“Jangankan museum, yang namanya literatur atau jurnal mengenai kebaya itu Malaysia jauh lebih lengkap.”

“Di Indonesia ada tapi lebih banyak ditulis oleh orang asing, yang ditulis oleh orang kita sendiri jumlahnya masih sangat terbatas,” imbuhnya.

Melestarikan kebaya melalui media sosial

Selain ikut mendaftarkan kebaya ke UNESCO, Atie juga berharap lebih banyak generasi muda yang bisa melestarikan kebaya saat ini melalui media sosial.

“Prosedur untuk mendaftarkan kebaya atau elemen budaya ke UNESCO itu membutuhkan waktu yang lama”

“Kalau pun kita ikut mendaftarkan, paling hanya dua kebaya yang bisa dibawa yakni kebaya labuh dan kebaya kerancang yang sudah terdaftar di warisan budaya tak benda Indonesia (WBTB),” ungkap Atie.

“Jadi, cara mudah untuk melestarikan kebaya ke generasi muda perlu sekali bantuan dari selebritas atau selebgram muda untuk mengajak generasi milenial ke bawah agar lebih tertarik mengenakan kebaya,” jelas dia.

Di samping itu, Atie juga menambahkan, memakai kebaya itu tidak boleh ribet dengan pakem.

Sebab, hal inilah yang kemudian membuat anak-anak muda kurang tertarik atau malas memakai kebaya.

“Beberapa desainer di Indonesia, misalnya, Lenny Agustin punya desain kebaya yang modern, dinamis, dan sangat cocok untuk anak muda,” kata Atie.

Ya, yang terpenting adalah bagaimana generasi muda ini mau dulu, suka dulu, cinta dulu, selanjutnya mereka pasti bisa menggali lebih dalam mengenai pakemnya seperti apa,” tegas dia.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

#Tak #Mungkin #Klaim #Kebaya #Cuma #Milik #Indonesia #Mengapa #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: culture sharingKebayakebaya culture sharingkebaya didaftarkan ke unescokebaya didaftarkan sebagai warisan budaya UNESCOsejarah singkat masuknya kebaya di IndonesiaUNESCOwarisan tak benda
Previous Post

Perbedaan Sikap Pecco dan Stoner di Ducati, Stoner Disebut Lebih Kasar

Next Post

Daftar TV Digital dari Berbagai Merek, Harga Mulai Rp 1-5 Jutaan

Next Post
Daftar TV Digital dari Berbagai Merek, Harga Mulai Rp 1-5 Jutaan

Daftar TV Digital dari Berbagai Merek, Harga Mulai Rp 1-5 Jutaan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lifestyle

  • Lifestyle
Kolaborasi Compass dan #FR2 untuk Year of the Rabbit 2023
Lifestyle

Kolaborasi Compass dan #FR2 untuk Year of the Rabbit 2023

by admin
January 26, 2023
0

KOMPAS.com - Memperingati tahun baru Imlek 2023, Compass dan streetwear brand asal Jepang, #FR2, kembali berkolaborasi untuk meluncurkan koleksi spesial...

Read more
9 Penyebab Haid Terjadi Sebulan 2 Kali

9 Penyebab Haid Terjadi Sebulan 2 Kali

January 25, 2023
5 Minuman untuk Kendalikan Kolesterol Jahat

5 Minuman untuk Kendalikan Kolesterol Jahat

January 24, 2023
5 Variasi Push up untuk Memperkuat Tubuh Bagian Atas

5 Variasi Push up untuk Memperkuat Tubuh Bagian Atas

January 23, 2023
14 Seri Manga Terpopuler Sepanjang Masa, Wajib Baca

14 Seri Manga Terpopuler Sepanjang Masa, Wajib Baca

January 22, 2023
  • Home
  • Iklan
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
sumberterpecaya.com

© 2020 sumberterpecaya.com

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini

© 2020 sumberterpecaya.com