sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Wednesday, March 22, 2023
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
sumberterpecaya.com
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Home Sains

Menilik Kebijakan Riset dan Inovasi dalam Platform Ekonomi Biru, Apakah Masih Sebatas Jargon?

by admin
October 16, 2022
in Sains
0
Menilik Kebijakan Riset dan Inovasi dalam Platform Ekonomi Biru, Apakah Masih Sebatas Jargon?
153
SHARES
1.9k
VIEWS
Bagikan via Whatsapp

Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi

Tepat setahun yang lalu saya menulis tentang ekonomi biru dan kaitannya dengan perubahan iklim. Saat itu saya cukup antusias, bahwa program riset dan inovasi terkait hal tersebut sangat feasible.

Saya sempat berpikir, bahwa platform ekonomi biru bisa menjadi arah pembangunan nasional termasuk prioritas riset dan inovasi.

Namun, alih-alih mewujudkannya secara implementatif dalam program riset, belakangan saya menemukan, bahwa Indonesia belum cukup matang dalam mengenal dan memahami platform ekonomi biru ini.

Sebagai peneliti di bidang kelautan, saya belakangan sadar, bahwa untuk secara progresif melakukan telaah dan kajian tentang ekonomi biru, ada hal-hal yang mendasar yang perlu dicermati dan disikapi terlebih dahulu.

Hal mendasar tersebut adalah mengingatkan kembali akan prioritas riset dan inovasi nasional pada ruang lingkup kelautan dan maritim.

Tahun 2014 lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan dalam pidato pelantikannya: ”Kita telah lama memunggungi samudra, laut, selat, dan teluk. Maka, mulai hari ini, kita kembalikan kejayaan nenek moyang sebagai pelaut pemberani. Menghadapi badai dan gelombang di atas kapal bernama Republik Indonesia.”

Bagi peneliti laut, gagasan dan sekaligus cara pandang ini sangat mencerahkan dan membawa angin segar.

Saya berpikir, paling tidak riset dan inovasi sektor kelautan dan maritim akan menjadi perhatian dan prioritas.

Apalagi, kemudian disusul dengan mengemukanya lima Pilar Utama dalam mewujudkan poros maritim dunia.

Kiranya dalam tataran implementatif arah riset nasional ada hal yang cukup menggembirakan saat akhir tahun 2017 dideklarasikan Konsorsium Riset Samudra yang digadang-gadang menjadi platform big science pertama di Indonesia.

Angin segar berikutnya adalah gagasan Digital, Blue, Green Economy pada awal 2021 yang digadang-gadang menjadi platform riset inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Akan tetapi, baik poros maritim maupun ekonomi biru, keduanya masih sebatas jargon dan tag line; tidak hanya pada konteks arah pembangunan nasional, namun termasuk dalam implementasi pada konteks prioritas riset dan inovasi nasional.

Kita memang tidak bisa menafikkan, bahwa ada beberapa program kelautan dan maritim yang cukup menggembirakan semisal pertambahan signifikan luas kawasan konservasi laut, atau program percepatan kontribusi sektor kelautan dan perikanan (i.e., karbon biru) dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Namun rasa-rasanya, perkembangan itu masih belum cukup untuk bisa mengatakan, bahwa kita telah pada jalur yang tepat mengusung platform ekonomi biru.

 

Sebenarnya, platform ekonomi biru bukanlah hal yang baru, apalagi dalam konteks riset dan inovasi.

Data kepustakaan dari Scopus dan Google Cendekia misalnya, kajian yang mengusung kata kunci “blue economy” sudah tersedia sejak tahun 2010, atau bahkan bisa jadi jauh sebelum itu.

Salah satu buku tentang ekonomi biru terbit pada tahun 2010, namun Gunter Pauli memberikan sub judul “10 tahun, 100 Inovasi, dan 100 Juta Lapangan Kerja”, yang artinya konsep ekonomi biru dikenal satu dekade sebelumnya, yaitu sejak awal abad ke 21.

Asia (Indonesia, China dan India) serta Afrika muncul secara eksplisit dalam bibliometrik terkait “blue economy” ini, yang mengindikasikan tren lokus kajian terkait ekonomi biru (Gambar 1).

dok. pribadi Kajian di tingkat global terkait Ekonomi Biru (Blue Economy) berdasarkan basis data Scopus dan Google Cendekia.

Kajian ilmiah ekonomi biru di Indonesia sendiri tidak memakan waktu cukup lama dari tren dunia, yaitu sejak tahun 2012 (menurut catatan dari Google Cendekia dengan kata kunci ‘ekonomi biru’).

Dengan menambahkan kata kunci “blue economy in Indonesia” pada hasil pencarian tersebut, terlihat bahwa tren kajian ekonomi biru di Indonesia masih sebatas konseptual (Gambar 2).

Jadi, kiranya wajar bahwa Indonesia belum mampu mengejawantahkan platform ekonomi biru pada kebijakan pembangunan termasuk secara khusus pada kebijakan riset dan inovasi.

Kajian terkait Ekonomi Biru di level nasional berdasarkan basis data Google Cendekia.dok. pribadi Kajian terkait Ekonomi Biru di level nasional berdasarkan basis data Google Cendekia.

 

Peran lembaga riset nasional dalam mengejawantahkan platform Ekonomi Biru

Sangat disayangkan, jika ekonomi biru hanya sebatas jargon semata yang kiranya memperlebar paradoks kebijakan riset dan inovasi nasional kita.

Platform Digital, Blue, Green Economy yang diusung BRIN misalnya, bisa dikatakan tidak sejalan dengan implementasinya.

Misalnya, tema riset kelautan dan maritim belum menjadi prioritas di berbagai skema pendanaan risetnya.

Organisasi Riset khusus kelautan dan maritim belum ada secara independen, bahkan pekerjaan rumah dari Konsorsium Riset Samudra terkait pusat data dan informasi kelautan nasional masih menjadi prioritas kesekian.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri juga bahwa beberapa program riset memang telah sejak lama mengusung tema kelautan dan maritim.

Namun, tanpa dukungan eksplisit dengan program dan anggaran, maka riset kelautan Indonesia bisa saja terus maju, tapi akan selalu tertinggal.


Oleh karena itu, paling tidak ada beberapa hal yang bisa dilakukan BRIN sebagai lembaga riset dan inovasi nasional jika akan mengusung platform ekonomi biru. Di antaranya adalah:

1. Jadikan sektor kelautan dan maritim sebagai salah satu prioritas pada skema-skema riset nasional

2. Wujudkan kesempatan untuk terbentuknya Organisasi Riset khusus kelautan dan maritim

3. Berikan kesempatan untuk membentuk pusat-pusat riset atau pusat-pusat kolaborasi riset bidang kelautan dan maritim

4. Implementasikan jargon ekonomi biru dalam program-program riset dan inovasi, dari hulu ke hilir

5. Tuntaskan pekerjaan rumah yang berlarut-larut, seperti pusat data kelautan nasional (National Ocean Data Center) serta kebijakan simpan dan berbagi data/informasi antar lembaga.

Akhir kata, jika kita ingin serius mengusung platform ekonomi biru, maka kita harus serius dalam menyiapkan perangkat dasar implementasinya dalam program kerja.

 

Dr. A’an Johan Wahyudi
Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Oseanografi – Badan Riset dan Inovasi Nasional


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

#Menilik #Kebijakan #Riset #dan #Inovasi #dalam #Platform #Ekonomi #Biru #Apakah #Masih #Sebatas #Jargon #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: Dr. A’an Johan Wahyudiekonomi biruIndonesiaKebijakan Riset dan InovasiKebijakan Riset dan Inovasi dalam Platform Ekonomi BiruMaritimplatform ekonomi biruriset kelautan
Previous Post

Pengamat Duga Irjen Teddy Minahasa Lolos dan Dapat Promosi karena Hal Ini

Next Post

Cerita YouTuber Dream, “Resign” dari Apple untuk Jadi Bintang YouTube

Next Post
Cerita YouTuber Dream, “Resign” dari Apple untuk Jadi Bintang YouTube

Cerita YouTuber Dream, "Resign" dari Apple untuk Jadi Bintang YouTube

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lifestyle

  • Lifestyle
Mengenal Tanaman Hias Berbunga Alamanda dan Cara Merawatnya
Lifestyle

Mengenal Tanaman Hias Berbunga Alamanda dan Cara Merawatnya

by admin
January 30, 2023
0

KOMPAS.com - Ada banyak sekali jenis tanaman hias berbunga di Indonesia, salah satunya, alamanda, tanaman yang identik dengan bunga besar...

Read more
Viral di TikTok Mencerahkan Ketiak dengan Lemon, Efektif Enggak Sih?

Viral di TikTok Mencerahkan Ketiak dengan Lemon, Efektif Enggak Sih?

January 29, 2023
6 Makanan Kaya Serat, Bantu Atasi Lemak Perut

6 Makanan Kaya Serat, Bantu Atasi Lemak Perut

January 28, 2023
Olahraga di Usia Lanjut, Apa yang Harus Diperhatikan? Ini Kata Ahlinya

Olahraga di Usia Lanjut, Apa yang Harus Diperhatikan? Ini Kata Ahlinya

January 27, 2023
Kolaborasi Compass dan #FR2 untuk Year of the Rabbit 2023

Kolaborasi Compass dan #FR2 untuk Year of the Rabbit 2023

January 26, 2023
  • Home
  • Iklan
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
sumberterpecaya.com

© 2020 sumberterpecaya.com

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini

© 2020 sumberterpecaya.com