KOMPAS.com – Ekonomi agrikultur adalah usaha mengoptimalkan perekonomian dengan memberdayakan sektor pertanian yang meliputi budidaya tanaman atau ternak termasuk di dalamnya pemanfaatan mikroorganisme dalam pengolahan produk.
Contoh kegiatannya adalah pemanfaatan sumber daya hayati untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber energi, atau untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan ini lebih dikenal dengan budidaya tanaman, bercocok tanam, atau pembesaran hewan ternak.
Salah satu produk pertanian Indonesia yang memiliki potensi menjadi andalan adalah produk pertanian segar dalam bentuk buah dan sayuran, rempah-rempah, dan bahan bakar nabati atau BBN.
Di bidang tanaman pangan, Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, dan lain-lain.
Sektor agrikultur di Indonesia merupakan kontributor besar dalam meningkatkan pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri.
Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor berperan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat.
Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah angkatan kerja paling banyak terserap di sektor pertanian dengan total 38,23 juta orang atau sekitar 29,76 persen pada Agustus 2020.
Pengembangan agrikultur di Indonesia mempunyai sejumlah hambatan, yaitu:
- Skala usaha pertanian pada umumnya relatif kecil.
- Terbatasnya modal.
- Penggunaan teknologi yang tergolong masih sederhana.
- Sangat dipengaruhi oleh musim.
- Sebagian besar penggerak ekonomi agrikultur hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga.
- Rendahnya akses terhadap kredit, teknologi, dan pasar.
- Pasar hasil pertanian sebagian besar dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga cenderung merugikan petani.
- Banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian.
- Rendahnya ketersediaan benih yang berkualitas untuk petani.
Globalisasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan agrikultur.
Oleh karena itu, fokus pembangunan agrikultur di Indonesia tidak hanya untuk menghasilkan produk-produk pertanian berdaya saing tinggi, tetapi mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta memberdayakan masyarakat.
Referensi
- Hastuti, Karunia Puji, dkk. 2019. Etno-Agrikultur Suku Banjar di Lahan Rawa Pasang Surut. Malang: Media Nusantara Creative
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Faktor #Penghambat #Pengembangan #Agrikultur #Indonesia #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli