sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Friday, May 20, 2022
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
sumberterpecaya.com
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Home Sains

Aktivitas Petir di Dunia Berkurang Selama Lockdown, Peneliti Temukan Penyebabnya

by admin
March 21, 2022
in Sains
0
Aktivitas Petir di Dunia Berkurang Selama Lockdown, Peneliti Temukan Penyebabnya
152
SHARES
1.9k
VIEWS
Bagikan via Whatsapp

KOMPAS.com – Sejak virus corona merebak, berbagai negara mulai melakukan karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah penularannya.

Selama upaya tersebut dilakukan di tahun 2020, ditemukan pula terjadi penurunan aktivitas petir secara global.

Penelitian terbaru mengungkapka,n bahwa fenomena ini berkaitan dengan aktivitas manusia, saat lockdown.

Para peneliti berkata, ketika banyak negara di dunia memberlakukan lockdown, masyarakat menggunakan lebih sedikit energi, dan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Atmospheric Environment tahun 2021, peneliti mengatakan, bahwa partikel kecil di atmosfer yang disebut sebagai aerosol berkontribusi terhadap aktivitas petir.

Kegiatan yang dilakukan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, dapat melepaskan aerosol. Lantaran aktivitas pembakaran tersebut berkurang, maka lebih sedikit aerosol yang dilepaskan selama lockdown berlangsung. Sehingga, konsentrasi aerosol di atmosfer ikut menurun.

Tim telah mempresentasikan hasil studi yang menunjukkan bahwa penurunan aerosol atmosfer, terjadi bersamaan dengan penurunan aktivitas petir pada pertemuan American Geophysical Union di New Orleans bulan lalu.

Dipaparkan peneliti sekaligus ahli meteorologi fisik di Massachusetts Institute of Technology, Earle Williams timnya menggunakan tiga metode berbeda untuk mengukur aktivitas petir.

“Semua hasil menunjukkan tren yang sama, yaitu aktivitas petir berkurang terkait dengan konsentrasi aerosol berkurang,” ujarnya seperti dilansir dari Discover Magazine, Kamis (17/3/2022).

Williams menjelaskan, beberapa aerosol di atmosfer dapat mengumpulkan uap air, dan membentuk tetesan awan.

Saat terdapat lebih banyak konsentrasi aerosol, uap air di awan didistribusikan ke lebih banyak tetesan, sehingga tetesan yang berukuran lebih kecil dapat bergabung menjadi tetesan hujan yang lebih besar.

Tetesan yang lebih kecil ini tetap berada di awan, dan membantu pembentukan hujan es kecil yang disebut graupel ataupun kristal es kecil.

 

Terjadinya tubrukan antara graupel dan kristal, dapat menghasilkan graupel bermuatan negatif di bagian tengah ke bawah awan dan kristal bermuatan positif di bagian atas awan.

Menurut peneliti, perbedaan muatan antara dua bagian awan ini lah yang menyebabkan munculnya petir.

“Tetapi, ketika polusi berkurang dan awan membentuk tetesan hujan yang lebih besar dan lebih hangat, terbentuklah awan partikel es ‘kelaparan’ yang dibutuhkan untuk memisahkan muatan, dan mengurangi aktivitas petir,” papar Williams.

Adapun salah satu metode penelitian yang digunakan adalah menangkap banyak kilatan intracloud (jenis petir yang paling umum).

Hasilnya menunjukkan, terdapat 19 persen lebih sedikit kilatan pada bulan Maret 2020 hingga Mei 2020 dibandingkan dengan jumlah rata-rata kilatan petir pada periode tiga bulan yang sama di tahun 2018, 2019, dan 2021.

“Sembilan belas persen pengurangan (aktivitas petir) yang cukup besar,” kata Williams.

Kemudian, timnya juga menganalisis resonansi elektromagnetik global yang disebut resonansi Schumann.

Williams menjelaskan, intensitasnya dianggap sebanding dengan jumlah kilatan petir yang terjadi, dan pengukuran ini juga menunjukkan bahwa ada lebih sedikit petir selama tahun 2020.

Ketika banyak negara memeberlakukan lockdown pada awal pandemi, manusia menghasilkan lebih sedikit aerosol ke atmosfer. Akibatnya, produksi aerosol dari pembangkit listrik yang membakar bahan bakar fosil pun turun.

Di samping, itu sebagian besar masyarakat juga mulai mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, maupun perjalanan udara yang berdampak pada penurunan polusi serta pelepasan aerosol.

Studi ini menunjukkan bahwa tempat-tempat dengan pengurangan aerosol atmosfer yang siginifikan cenderung memiliki pengurangan petir terbesar. Misalnya wilayah Asia Tenggara, Eropa, dan sebagian besar Afrika mengalami penurunan aerosol di atmosfer maupun petir.

Namun, Williams masih belum yakin mengapa ada penurunan konsentrasi aerosol yang lebih sedikit di wilayah Amerika.

Akan tetapi, dia menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi aerosol di Amerika Selatan bagian utara mungkin disebabkan oleh kebakaran yang terjadi.

Para peneliti juga berkata ingin memahami fenomena berkurangnya aktivitas petir global, karena petir dapat memengaruhi atmosfer. Sebab, sambaran petir menghasilkan nitrogen oksida yang berkontribusi terhadap polusi udara.

“Kimia atmosfer itu pasti dipengaruhi oleh aktivitas petir,” kata Williams.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

#Aktivitas #Petir #Dunia #Berkurang #Selama #Lockdown #Peneliti #Temukan #Penyebabnya #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: aerosolaktivitas petir berkurangDuniakarantina wilayahlockdownpenelitipenurunan aktivitas petirpetir
Previous Post

Jangan Salah Pilih, Kenali Perbedaan Cincin Tunangan dan Cincin Kawin

Next Post

Sandiaga Uno: Kebijakan Bebas karantina Diperluas ke Seluruh Indonesia

Next Post
Sandiaga Uno: Kebijakan Bebas karantina Diperluas ke Seluruh Indonesia

Sandiaga Uno: Kebijakan Bebas karantina Diperluas ke Seluruh Indonesia

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lifestyle

  • Lifestyle
Gadis 24 Tahun Terima Transplantasi, Pasca Serangan Jantung di Umur 14
Lifestyle

Gadis 24 Tahun Terima Transplantasi, Pasca Serangan Jantung di Umur 14

by admin
May 20, 2022
0

KOMPAS.com - Kehidupan tidak berjalan mudah bagi Jaelyn Kinchelow, wanita asal Avon, Indiana, Amerika Serikat. Pada usia yang masih belia,...

Read more
Alasan Kenapa Membersihkan Wajah Itu Penting

Alasan Kenapa Membersihkan Wajah Itu Penting

May 19, 2022
Makanan Kering atau Basah bagi Kucing, Mana Lebih Baik?

Makanan Kering atau Basah bagi Kucing, Mana Lebih Baik?

May 18, 2022
Viral Tren Taylor Swift Treadmill untuk Jaga Kebugaran, Mau Coba?

Viral Tren Taylor Swift Treadmill untuk Jaga Kebugaran, Mau Coba?

May 17, 2022
9 Trik Belanja Cerdas agar Pengeluaran Tidak Membengkak

9 Trik Belanja Cerdas agar Pengeluaran Tidak Membengkak

May 16, 2022
  • Home
  • Iklan
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
sumberterpecaya.com

© 2020 sumberterpecaya.com

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Viral
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Opini

© 2020 sumberterpecaya.com