Ramadhan telah tiba, bulan suci yang paling dinantikan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Pada bulan ini, selama satu bulan penuh umat Muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa baik menahan makan dan minum, hingga menahan hawa nafsu selama 12 jam. Di Indonesia sendiri, begitu banyak rangkaian kegiatan dan tradisi dari setiap daerah untuk merayakan bulan Ramadhan, salah satunya yakni terdapat tradisi unik di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Dalam menyambut bulan suci di Morowali terdapat Pasar Ramadhan yang menyediakan macam-macam hidangan untuk berbuka puasa hingga pernak-pernik bulan Ramadhan lainnya. Bukan hanya Pasar Ramadhan saja yang menjadi tradisi di wilayah tersebut, tepatnya di Kota Bungku, Morowali terdapat satu tradisi unik nan menarik yang bernama Dengu-dengu, apakah nama tersebut masih asing di telingamu? Jika iya, mari kulik seputar tradisi ini.
Jangan kaget bila menemui menara bambu di Kota Bungku. Warga yang menetap di kota tersebut setiap bulan Ramadhan mendirikan sebuah menara dari bambu yang letaknya berada di depan masjid. Menara bambu ini memiliki tinggi mulai dari 5 (lima) hingga 7 (tujuh) meter. Pada puncaknya akan ditemui gubuk dari anyaman bambu. Menara inilah yang disebut sebagai Dengu-dengu.
Untuk mendirikan Dengu-dengu, warga melakukan gotong royong sebelum Ramadhan tiba. Dengu-dengu seolah menjadi pertanda masuknya bulan Ramadhan. Menara Dengu-dengu dihuni oleh gendang atau gong yang digunakan hanya pada saat tertentu saja seperti waktu sahur, waktu berbuka puasa, dan ketika ibadah tarawih selesai.
“Akan ada yang bertugas membunyikan gendang atau gong di atas menara di waktu tertentu sebagai penanda waktu, termasuk waktu sahur dan tarawih,” ujar Lurah Matano, Jamhar Samuda yang dikutip dari TribuPalu.com, Minggu (11/4/2021).
Menurut keterangan warga, gendang atau gong juga dipukul setiap pukul 22.00 WITA hingga 03.00 WITA. Memang sudah menjadi tradisi, tidak heran bila beberapa desa dan kelurahan di Bungku Dengu-dengu dapat dijadikan ajang perlombaan.
Kehadiran Dengu-dengu sangat dinantikan oleh anak-anak di Kota Bungku, mereka diperbolehkan untuk memainkan alat-alat musik yang berada di menara. Tidak hanya bernilai historis, tradisi unik Dengu-dengu dari Morowali dinilai menjadi ajang kreativitas anak-anak di kampung.