JAKARTA, KOMPAS.com – Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI) Amarila Malik menilai, Indonesia seharusnya mampu mencapai kemandirian obat asli dalam negeri dengan memanfaatkan sumber alami yang dimiliki.
Hal tersebut disampaikan Amarila di acara Webinar Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia (UI) Seri 2.
“Sebagai negara megabiodiversity seyogyanya Indonesia mampu memenuhi capaian yang ditargetkan untuk kemandirian obat asli Indonesia dengan memanfaatkan sumber alami,” kata Amarila, dikutip dari siaran pers UI, Kamis (1/4/2021).
Amarila mengatakan, komponen produk farmasi yang perlu dipenuhi di Tanah Air juga bisa didapatkan dari dalam negeri.
Antara lain bahan aktif obat, eksipien, bahan tambahan, reagens, enzim, sistem ekspresi, dan system assays.
Meskipun demikian, untuk memenuhi ketersediaan bahan baku tersebut, ada tiga tahap yang perlu dilakukan.
Tahap tersebut adalah mandiri bahan baku (BB), mandiri research and development, dan mandiri produksi.
“Beberapa upaya mandiri produksi obat di Indonesia di antaranya pembangunan infrastruktur industri BB dalam negeri, mendorong berdirinya pabrik BB lebih banyak, mendorong dan menggiatkan riset BB serta fasilitas pilot scale secara sistematis dan berkelanjutan,” kata dia.
Selain itu, penetapan paket-paket kebijakan ekonomi untuk mendorong pembangunan industri farmasi atau bahan baku menjadi upaya lainnya yang harus ditempuh.
Sementara untuk menemukan potensi-potensi bahan obat, kata dia, perlu dilakukan serangkaian proses.
Mulai dari pengolahan biodiversitas yang meliputi tumbuhan, lingkungan, mikroba-mikroba hingga sumber DNA, serta melibatkan bioteknologi.
“Sehingga dapat lebih diperluas keragaman bahan obat yang nantinya dapat mendukung kemampuan produksi bahan obat di Indonesia,” kata dia.
Amarila mencontohkan China yang merupakan negara adidaya produsen dan pengekspor bahan alami untuk obat, aromatika, dan rempah-rempah.
Mereka, kata dia, telah mendiversifikasi bahan obat alaminya secara luas mencakup algae, bakteri, jamur kapang, dan lumut-lumutan.
Selain tanaman herbal, di Indonesia sendiri terdapat bahan-bahan lain yang berasal dari alam seperti mikroba atau bahan dari lingkungan alami.
Namun secara tradisional bahan tersebut harus diisolasi di laboratorium kemudian dikultur dan diskrining untuk aktivitas obat dengan melibatkan bioteknologi sederhana.
“Dengan bioteknologi yang lebih advance protein aktif tersebut, dikloning dan dimodifikasi (rekayasa genetika) lebih lanjut untuk mendapatkan keragaman obat asli Indonesia mandiri, dan lebih unggul serta mempunyai nilai ekonomis jangka panjang,” kata dia.
Menurut dia, hal tersebut walaupun investasinya besar di awal, tetapi keuntungannya akan sangat besar di kemudian hari.
Selain itu, kata dia, yang harus menjadi perhatian penting adalah bagaimana kemampuan Indonesia dalam memproduksi hasil riset-riset dari sumber alami.
Sebab selama ini, terdapat kendala di proses tranlasi dari skala lab ke skala bench, lalu skala pilot sebelum ke skala industri.
“Ini siapa sebenarnya yang berperan, dan bagaimana pembagian tanggung jawabnya di negara kita,” ucap dia.
#Guru #Besar #Indonesia #Seharusnya #Mampu #Capai #Kemandirian #Obat #Dalam #Negeri #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli