Indonesia tengah menjalankan misinya agar kelak menjadi raja baterai listrik. Mencoba masuk industri kendaraan listrik, rencananya Indonesia akan memproduksi baterai hingga mobil listrik yang pabriknya berpusat di kawasan Industri Batang Jawa Tengah. Tentunya, untuk membangun industri baterai listrik masuknya investasi dari investor dibutuhkan dan RI harus rela keluarkan dana hingga 244 triliun rupiah.
Agus Tjahajana selaku Ketua Tim Percepatan Pengembangan Industri Electric Vehicle Battery (EV Battery) BUMN menjelaskan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk membangun industri baterai kendaraan listrik RI harus keluarkan kocek sebesar USD 13,4 hingga USD 17,4 miliar atau berkisar 188,4 hingga 244,7 triliun rupiah (kurs Rp 14.064).
Catatan penting, investasi untuk industri baterai listrik dimulai dari hulu sampai ke hilir.
“Nilai investasi baterai EV dari hulu sampai hilir, terendah sampai ke tertinggi untuk kapasitas sel hingga 140 Giga Watt Hour (GWh) sekitar USD 13,4 sampai dengan USD 17,4 miliar,” kata Agus dalam RDP dengan Komisi VII pada Senin (1/2/2021).
Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB) terus didorong oleh pemerintah, mereka juga telah menyiapkan rencana roadmap pengembangan industri baterai EV hingga tahun 2027 mendatang. Di tahun 2022, produksi EV di Indonesia akan dimulai oleh Original Equipment Manufacturer (OEM). Sedangkan produksi baterai EV dari hulu ke hilir direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2024. Artinya, investasi untuk industri baterai listrik juga harus di mulai dari sekarang.
Terdapat empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di antaranya Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk., akan membentuk usaha induk (holding) yaitu Indonesia Battery Holding (IBH).
“Konsorsium IBH harus memastikan penyelarasan soal target, jadwal, proyek, produk di sepanjang ekosistem baterai hulu hingga hilir,” ujar Agus, dikutip dari otosias.com.
RI harus keluarkan dana yang tidak sedikit, 244 triliun tupiah. Oleh karenanya, BUMN juga menggandeng beberapa investor asing dalam mewujudkan pabrik tersebut.
Kita ketahui bahwa pemerintah juga berusaha keras menekan para pengusaha khususnya di tambang nikel untuk membangun pabrik smelter guna dapat mengolah bijih nikel menjadi barang setengah jadi maupun jadi berupa baterai listrik. Dan, potensi nikel terbesar di Indonesia berada di bagian timur. Sudah saatnya Indonesia mampu mengeksplorasi nikel dari Indonesia Timur.