sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Wednesday, January 27, 2021
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Hype
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Food
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Otomotif
sumberterpecaya.com
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Hype
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Food
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Otomotif
No Result
View All Result
sumberterpecaya.com
No Result
View All Result
Home Kesehatan

Dari Pilah Sampah, Sehat Diraih, Emas pun Bertambah Halaman all

by admin
December 19, 2020
in Kesehatan
0
Dari Pilah Sampah, Sehat Diraih, Emas pun Bertambah Halaman all
152
SHARES
1.9k
VIEWS
Bagikan via Whatsapp

SOLO, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 tak menghentikan langkah warga Kampung Kitiran Yosoroto RT 002/RW 008, Kelurahan Purwosari, Laweyan, Solo, Jawa Tengah untuk terus memilah sampah di rumah.

Seperti biasanya, sisa makanan dan sampah tanaman otomatis dimasukkan warga ke dalam tong kompos.

Sedangkan sampah anorganik, seperti botol, kardus, dan kertas dijadikan satu.

Sampah anorganik tersebut dikumpulkan dengan maksud untuk disetorkan ke bank sampah.

Di tengah pusaran pandemi ini, warga Kampung Kitiran tak mengalami kendala berarti dalam mengelola sampah.

Mereka hanya sempat harus menandon sampah anorganik lebih lama di rumah, yakni selama tiga bulan.

Pasalnya, pada Maret-Juni 2020, pengurus bank sampah terpaksa meliburkan aktivitas bank sampah untuk mencegah penuaran virus corona.

Baru pada Juni 2020, aktivitas bank sampah mulai dijalankan lagi dua kali sebulan, yakni setiap Sabtu pada pekan ke-2 dan ke-4.

Aktivitas bank sampah itu sekarang dilaksanakan dengan standar operasional prosedur (SOP) baru.

Di mana, warga tidak boleh lagi membuat kerumunan di lokasi bank sampah dan wajib menerapkan protokol kesehatan saat menyetorkan sampah.

Pengurus bank sampah juga harus mengenakan masker dan face shield ketika sedang melayani warga.

“Bulan Mei itu warga sudah teriak-teriak terus, ‘ayo dong buka lagi bank sampahnya dengan protokol kesehatan’. Pengurus lalu rapat dan secara cepat membuat SOP baru,” kisah Denok Marty Astuti, Penggerak Pengelolaan Sampah Mandiri Kampung Kitiran saat diwawancara Kompas.com, Jumat (18/12/2020).

Dia sangat bersyukur komitmen warga Kampung Kitiran untuk berubah tentang bagaimana mengelola sampah yang selalu menjadi masalah besar di lingkungan perkotaan tersebut masih terjaga hingga sekarang.

Denok melihat, semangat warga itu muncul juga tidak terlepas dari adanya insentif yang bisa didapat ketika bank sampah mulai beroperasi lagi.

Pasalnya, dari sampah yang disetorkan di bank sampah, setiap warga bisa menabung Rp600.000 hingga Rp1,5 juta setiap enam bulannya.

Terlebih lagi, di masa pandemi, pengurus bank sampah Kampung Kitiran juga menyediakan kupon sembako yang bisa ditukarkan dengan sampah.

Kupon ini bisa dimanfaatkan warga yang mungkin mengalami kesulitan ekonomi akibat wabah.

“Kupon sembako bisa ditukarkan ke warung yang sudah ditunjuk. Jadi akhirnya perputaran uang ada di kampung ini saja,” jelas dia.

Denok mencatat, sedikitnya kini sudah ada 60 kepala keluarga (KK) yang aktif terdaftar sebagai nasabah bank sampah di Kampung Kitiran.

Jumlah itu lebih banyak 20 KK dibanding saat bank sampah baru dibentuk pada 17 Agustus 2017 lalu.

Tak hanya warga dari RT 002/RW 008, beberapa warga dari luar RT bahkan secara bertahap berminat mendaftar menjadi nasabah.

Ubah sampah jadi emas

Kompas.com Pandemi Covid-19 tak menghentikan langkah warga Kampung Kitiran Yosoroto RT 002/RW 008, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah untuk terus menjalankan bank sampah, Sabtu (12/12/2020). Untuk keamanan, warga menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Denok bercerita, pada mulanya, tabungan dari hasil setor sampah warga di Kampung Kitiran kebanyakan hanya digunakan untuk keperluan seperti membeli sembako dan membayar listrik.

Kemudian, berjalannya waktu, di tahun ketiga berdirinya bank sampah, warga berubah pikiran.

Mulai April 2019, warga sepakat untuk mengalikan tabungan uang dari setoran sampah menjadi tabungan emas atau berinvestasi emas.

Warga saat itu menyambut baik program PT Pegadaian (Persero) memilah sampah menjadi emas.

“Banyak warga, terutama ibu-ibu yang antusias karena berpikir investasi emas itu harganya akan naik terus kan,” tutur Denok.

Karena alasan ini pula bank sampah di Kampung Kitiran kemudian diberi nama Bank Sampah Kitiran Emas. 

Denok membeberkan, salah satu warga di Kampung Kitiran kini bahkan sudah ada yang berhasil menabung emas hingga 13,5 gram.

Artinya, jika harga 1 gram emas sekarang ditaksir Rp1 juta, warga tersebut sudah berhasil mengumpulkan uang Rp13,5 juta dalam kurun waktu belum genap 2 tahun dari sampah.

“Moto kami sekarang adalah, ‘Sampah Kami Emas Kami’. Warga kini sudah paham, pengumpulan sampah full untuk investasi masa depan,” jelas dia.

Tak hanya dari penyetoran sampah anorganik ke bank sampah, warga bahkan masih bisa mendapatkan insentif dari hasil pengolahan sampah organik berupa penjualan kompos cair, pupuk padat, maupun tanaman hias.

Sementara itu, Deputi Bisnis Pegadaian Area Solo, Ali Mustaat, menyatakan Pegadaian menawarkan program memilah sampah menjadi emas kepada nasabah bank sampah agar pendapatan warga makin bertambah.

Tabungan emas Pegadaian adalah layanan penitipan saldo emas yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi emas.

Dia berpendapat, saat terjadi kenaikan harga emas seperti saat ini, menabung emas adalah pilihan yang bijak.

Pasalnya, menabung dalam bentuk emas merupakan investasi yang paling menguntungkan dan bersifat likuid (mudah dicairkan).

Ali sangat mendukung keputusan nasabah bank sampah yang berminat menabung emas seperti yang terjadi di Kampung Kitiran.

“Dalam waktu tidak sampai setahun, warga yang rajin menyetor sampah ke bank sampah bisa saja mengumpulkan satu gram emas,” kata dia saat diwawancarai terpisah.

Ali menyebut, memiliki tabungan emas ini sangatlah mudah.

Caranya, warga cukup menyisihkan saldo awal buka rekening minimal Rp10.000 agar bisa berinvestasi 0,01 gram emas dan biaya simpanan sebesar Rp30.000 per tahun.

“Kemudian, hanya dengan menabung mulai Rp9.000-an, maka terkonversi di buku tabungannya dalam satuan gram,” kata Ali.

Selain memberikan fasilitas kemudahan berinvestasi emas, Pegadaian juga dapat memberikan fasilitas bangunan untuk bank sampah hingga mesin press sampah.

Tidak sulit membuat bank sampah

Denok melihat, program mengubah sampah menjadi emas yang sudah berjalan di Kampung Kitiran sangat mungkin sekali bisa diadopsi di tempat lain.

Menurut dia, sebenarnya jika warga sudah biasa dengan menjual sampah ke tukang rongsok, itu sama persis konsepnya dengan bank sampah.

Di mana, sampah yang berhasil dikumpulkan di bank sampah akan dijual ke pengepul pabrik daur ulang.

Maka dari itu, bisa dikatakan, prinsip bank sampah adalah menjadi perantaran warga dengan pabrik daur ulang.

Bedanya adalah bank sampah dilakukan secara komunal dan menawarkan lebih banyak manfaat dari berbagai aspek.

“Apabila sudah ada kemauan dan komitmen kuat, saya yakin bikin bank sampah bukanlah perkara yang susah,” ujar perempuan yang telah sering dimintai bantuan untuk mendampingi pembentukan bank sampah di berbagai daerah di Soloraya tersebut.

Dia pun membagikan informasi mengenai cara membuat bank sampah.

Mulanya, warga perlu membuat struktur organisasi bank sampah yang tediri dari ketua, sekretaris, checker atau penimbang, bendahara, petugas sortir, dan marketing atau penjualan.

Warga juga perlu lebih dulu menyiapkan perlengkapan, seperti timbangan, buku tabungan, buku besar tabungan nasabah, buku besar penjualan, buku kas, buku rekapitulasi, dan komposter, serta menjalani kerja sama dengan mitra pengepul sampah.

Setelah itu, pengurus bank sampah bisa menentukan jadwal operasional dan lokasi pengumpulan sampah yang sebaiknya tidak berubah-ubah.

“Kalau sudah 1-2 bulan bergerak, silakan pengurus membuat surat keputusan (SK) pembentukan sampah di kelurahan,” jelas dia.

Denok menjelaskan pentingnya membuat SK bank sampah, yakni salah satunya agar bisa mendapat dukungan besar dari pemerintah.

“Karena DLH (Dinas Lingkungan Hidup) punya tanggung jawab mendampingi bank sampah. SK juga bisa menjadi dokumen penting bagi pemerintah daerah untuk penilaian Adipura,” terang dia.

Denok mencatat, saat ini anggota jaringan bank sampah di wilayah Kota Solo sendiri sudah mencapai 120 bank sampah.

Dia mengetahui data tersebut karena pengurus bank sampah di Kampung Kitiran, terutama dirinya dilibatkan dalam proses pendampingan pembengkukan seratuan lebih bank sampah itu.

Jaringan bank sampah di Solo kini sudah menjalin relasi dengan 14 mitra pengepul pabrik daur ulang dari berbagai wilayah di Soloraya yang siap menampung atau membeli sampah dari nasabah.

“Warga yang ingin membentuk bank sampah, tidak perlu bingung sampahnya mau dikemanakan. Untuk Soloraya, banyak pabrik daur ulang yang siap menampung sampah,” jelas dia.

Denok juga menyarankan warga untuk tidak perlu mencemaskan penyediaan tenpat jika ingin membentuk bank sampah.

Dia memastikan, bank sampah bisa tetap dijalankan tanpa harus memiliki gedung besar untuk menampung sampah-sampah.

Caranya, warga tinggal menerapkan bank sampah portabel seperti yang diterapkan di Kampung Kitiran.

Di mana, sampah yang terkumpul bisa langsung disetorkan atau diambil oleh mitra pengepul pabrik daur ulang.

“Di tempat lain berpikir kalau mau mendirikan bank sampah harus mendirikan gedung. Di Solo, kalau nunggu gedung, ya enggak jalan-jalan bank sampahnya. Wong lahan tidak ada,” tutur dia.

Oleh sebab itu, agar proses pengumpulan sampah di bank sampah tidak memakan waktu terlalu lama, Denok mendorong warga untuk bisa memilah sampah sebaik mungkin selama di rumah.

Sebelum dibawa ke bank sampah, sampah perlu dipiliah sesuai jenisnya dan dibersihkan terlebih dahulu

Denok menyebut, di Kampung Kitiran, warga sudah bisa memilah sampah anorganik hingga 40 jenis. 

Tapi, menurut dia, jumlah itu masih kalah jauh dengan capaian salah satu bank sampah di Surabaya, Jawa Timur yang sanggup memilah sampah hingga 70 jenis.

“Misalnya, botol plastik. Kalau di tempat lain mungkin botol plastik dijadikan satu. Kalau di tempat kami sudah enggak. Tutup sendiri, badan botol sendiri, label juga sendiri. Semuanya punya harga,” jelas dia.

Denok mencontohkan sampah lain yang sudah dikumpulkan warga Kampung Kitiran dalam bentuk terpisah, yakni gelas plastik dan kertas.

“Banyak orang mungkin mengira bagian botol plastik yang paling malah itu badannya. Itu salah. Yang paling mahal itu tutupnya. Kalau gelas plastik, yang paling mahal itu ringnya. Warga sudah paham itu,” beber dia.

Sejuta manfaat bank sampah

Ketua RT 002/ RW 008, Kampung Kitiran Yosoroto, Purwosari, Moh. Zaenal Ali, menyampaikan tujuan dibangunnya bank sampah di Kampung Kitiran sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri.

Melainkan, bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat “bersahabat” dengan sampah.

Menurut dia, bank sampah bukan hanya membawa manfaat secara ekonomi kepada warga.

Ada banyak manfaat lain yang bisa dan telah didapatkan warga dari pendirian bank sampah.

Salah satu manfaat utamanya adalah warga bisa hidup lebih sehat.

Hal ini terjadi karena pemisahan pembuangan sampah organik dan anorganik dapat menghindarkan terjadinya penumpukan sampah.

Seperti diketahui, sampah yang menumpuk bisa menjadi sarang kuman dan bakteri yang merupakan penyebab beragam penyakit.

Selain itu, kata dia, tumpukan sampah nyatanya dapat memicu terjadinya pencemaran udara.

Pada gilirannya, pencemaran udara bisa menimbulkan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan organ pernapasan.

Lebih jauh, Zainal menilai, tumpukan sampah bisa pula menimbulkan masalah pada lingkungan yang dapat berujung pada masalah kesehatan.

“Seandainya sampah tidak dipisah dan dibiarkan menumpuk, bisa dengan mudah memicu terjadinya banjir kan? Apalagi ini di tengah kota,” jelas dia.

Apabila banjir terjadi, sampah-sampah pun akan mencemari air hingga dan menyebabkan warga mudah terserang penyakit kulit.

Kontak dengan air yang tercemar tumpukan sampah juga bisa membuat warga menjadi lebih rentan menderita gangguan pencernaan dengan gejala mual, muntah, dan diare.

“Jadi pengelolaan sampah ini punya banyak manfaat kesehatan yang bisa dinikmati, mulai dari udara yang lebih segar, lingkungan bersih, dan air yang terjamin,” tutur Zainal.

Udara segar juga bisa terjadi akibat warga yang mulai gemar menanam tanaman dan tanaman tersebut bisa tumbuh dengan subur.

Dampak ini terjadi berkaitan dengan penggunaan kompos hasil dari pengolahan sampah organik warga.

“Pada akhirnya, setelah punya bank sampah, warga jadi hobi menanam, melakukan pengomposan, dan memilah sampah. Yang dirasakan ya tingkat kebahagiaan kami sekarang naik. Padahal, ketika bahagia, imunitas naik kan? Badan tetap sehat,” kata dia.

Selain dari segi ekonomi dan kesehatan, pembetukan bank sampah di Kampung Kitiran juga bermanfaat dari segi sosial budaya dan keamaan.

Zainal merasakan warga semakin guyub setelah diadakan pelbagai aktivitas yang menyangkut bank sampah. Warga pun kini memiliki budaya baru, yakni mengolah sampah.

“Dari sisi pertahanan, kampung kini menjadi lebih aman karena warga saling merasa memiliki. Misalnya saja di saat pandemi ini, tanpa diminta pemerintah pun, kami sebenarnya otomatis akan melakukan program Jogo Tonggo untuk melawan penyebaran dan penularan Covid-19,” tegas dia.

Setelah tiga tahun berjibaku mengelola sampah perkotaan, Kampung Kitiran pun sekarang telah menjelma menjadi salah satu tujuan wisata berbasis pengolahan sampah dari berbagai wilayah daerah kabupaten atau kota.

“Tamu kami tahun lalu mencapai 1.200 orang lebih. Karena terjadi pandemi, jumlah tamu pada tahun ini otomatis turun,” jelas dia.

Warga Kampung Kitiran Yosoroto RT 002/RW 008, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah menjamu banyak orang yang tengah berminat belajar pengelolaan sampah di kampung mereka. Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. Warga Kampung Kitiran kini bisa menukar sampah dengan batangan emas.Kompas.com Warga Kampung Kitiran Yosoroto RT 002/RW 008, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah menjamu banyak orang yang tengah berminat belajar pengelolaan sampah di kampung mereka. Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. Warga Kampung Kitiran kini bisa menukar sampah dengan batangan emas.

#Dari #Pilah #Sampah #Sehat #Diraih #Emas #pun #Bertambah #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: bank sampahbank sampah kitiran emasDenok Marty AstutiKampung kitiranSolotabungan emaswawancara
Previous Post

Jadi Ketum PPP, Suharso Janji Kembalikan Masa Jaya Partai Seperti Pemilu 1999 Halaman all

Next Post

Klasemen Liga Italia – Juventus Mantap di Empat Besar, AC Milan Terancam Halaman all

Next Post
Klasemen Liga Italia – Juventus Mantap di Empat Besar, AC Milan Terancam Halaman all

Klasemen Liga Italia - Juventus Mantap di Empat Besar, AC Milan Terancam Halaman all

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

  • Lirik dan Chord Lagu Manisnya Negeriku – Pujiono

    159 shares
    Share 64 Tweet 40
  • Lirik dan Chord Lagu Kumaha Sia – Jamica

    158 shares
    Share 63 Tweet 40
  • Unboxing Samsung Galaxy S21+ Resmi Indonesia, Tidak Ada Earphone dan Charger

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Baru Rp 180 Miliar, TaniFund Targetkan Total Penyaluran Pembiayaan Rp 1 Triliun Hingga Akhir 2021 Halaman all

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Lirik dan Chord Lagu Cemburu Menguras Hati dari Vidi Aldiano

    154 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Meluncur Nanti Malam, Begini Penampilan dan Isi Kemasan Oppo Reno4 F Halaman all

    155 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Ini Bus Sleeper Seat yang Melintas di Tol Trans Jawa

    155 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Perbandingan Spesifikasi Poco X3, Realme 7 Pro, dan Oppo Reno4 F Halaman all

    154 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Doyan Jajan Minuman dan Makanan Kekinian, Diabetes Kemudian…

    155 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Toyota Corolla Cross Makin Ganteng Pakai Pelek Volk Racing TE37

    158 shares
    Share 63 Tweet 40
  • Home
  • Iklan
  • Contact Us
  • Privacy & Policy
sumberterpecaya.com

© 2020 sumberterpecaya.com

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Megapolitan
    • Global
  • Hype
  • Tren
  • Money
  • Kesehatan
  • Bola
  • Food
  • Edukasi
  • Tekno
  • Olahraga
  • Otomotif

© 2020 sumberterpecaya.com