KOMPAS.com- Bukti tentang kemampuan indera penciuman anjing yang dapat mendeteksi Covid-19 kembali ditemukan. Kali ini, anjing bisa mencium bau SARS-CoV-2 dari keringat.
Anjing telah lama menjadai sahabat manusia, bahkan kemampuan indera penciuman dan kepintarannya banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi 40 jenis bom, mengendus jejak kecil obat, melakukan pencarian dan penyelamatan ekstensif.
Tak hanya itu, anjing juga dapat mencium bau kanker usus besar dari kentut. Hal ini juga yang meyakinkan peneliti, bahwa bau virus SARS-CoV-2 juga mungkin bisa tercium oleh hewan ini.
Konsep studi yang dilakukan peneliti di Perancis dan Lebanon, seperti dilansir dari Science Alert, Sabtu (12/12/2020), telah berhasil melatih enam anjing pendeteksi yang bekerja untuk mendeteksi bau pasien yang terjangkit virus corona penyebab Covid-19.
Menariknya, hanya dalam waktu kurang dari sehari, anjing-anjing ini telah mengenali dan menghafal bau tersebut.
Dalam beberapa pekan, anjing telah dilatih menandai dengan benar sampel keringat mana yang berasal dari pasien Covid-19 yang bergejala, dan mana yang tidak.
Tingkat keberhasilan pada beberapa anjing pada tes terakhir mencapai 76 persen, sedangkan yang lainnya 100 persen benar.
Kendati penelitian ini masih terbatas dan sangat awal, namun bukti yang terkumpul membuktikan bahwa anjing terlatih mungkin merupakan cara yang cepat, andal, dan murah untuk menyaring, namun bukan menguji Covid-19.
“Hasil ini memberikan beberapa bukti, anjing pendeteksi mungkin dapat membedakan antara sampel keringat dari orang dengan Covid-19 bergejala dan orang yang negatif Covid-19 tanpa gejala,” tulis pada penulis studi.
Di masa depan, indera penciuman anjing yang sensitif ini dapat dilatih secara spesifik untuk mengenali infeksi Covid-19.
Diharapkan juga dapat menjadi pertimbangan otoritas nasional untuk menggunakan anjing pendeteksi terlatih dalam menskrining dengan cepat dalam sekelompok besar orang yang diduga terpapar virus SARS-CoV-2.
Skrining bau Covid-19 oleh anjing telah banyak digunakan sejumlah negara di dunia, seperti Chili, Argentina, Brasil, Australia dan Belgia.
Bahkan, skema percontohan di Finlandia telah menunjukkan bahwa anjing yang ditempatkan di Bandara Helsinki dapat mendeteksi Covid-19 dengan ketepatan hampir 100 persen setiap saat.
Sampel keringat dari ketiak pasien
Bagaimana anjing bisa mencium bau Covid-19, masih belum bisa dijelaskan.
Peneliti masih berhipotesis bahwa begitu SARS-CoV-2 ada di dalam sel manusia, itu akan memecah molekul tertentu dalam keringat, napas, urin, air mata, air liur dan kotoran. Sehingga, pemecahahan molekul tersebut akan menghasilkan senyawa organik volatil tertentu (VOC).
VOC yang menguap dari kulit kita ini berkontribusi pada bau badan seseorang yang berpotensi menjadi bau Covid-19 yang akan diendus anjing.
Faktanya, prinsip sama inilah yang memungkinkan mereka mendeteksi jenis kanker tertentu. Mungkin kedengarannya aneh dan mustahil, apakah anjing benar-benar bisa mengendus bau yang dikeluarkan oleh manusia.
Peneliti menegaskan bahwa manusia memiliki sekitar 6 juta reseptor penciuman, sedangkan anjing memiliki hingga 300 juta reseptor penciuman. Istilah praktisnya, indera penciuman anjing dapat mengendus bau meskipun konsentrasinya hanya satu bagian per triliun.
Studi deteksi Covid-19 oleh anjing dilakukan di dua lokasi, di Paris dan Beirut, Lebanon. Total ada enam anjing pendeteksi yang direkrut dan 177 pasien dari lima rumah sakit. Sampel keringat untuk studi ini diambil dari usap ketiak dari para pasien.
Anjing-anjing tersebut dilatih selama satu hingga tiga minggu untuk menandai sampel yang berbau Covid-19.
Setelah dilatih, mereka diuji untuk mendeteksi sampel yang tidak diketahui baik oleh pawang maupun anjing-anjing tersebut.
Dalam setiap sesi, penyeka keringat ditempatkan secara acak di belakang tiga atau empat kerucut olfaktorius, semuanya ditampilkan sekaligus. Anjing itu mengendusnya sebelum menandai yang dianggap positif Covid-19.
Hasilnya benar-benar mengesankan, tetapi ada beberapa ada batasan karena ini hanya studi buta tunggal (single-blind).

Artinya, meski pawang dan anjing tidak mengetahui lokasi sampel positif, setelah anjing menandai sampel yang tepat, pawang diberitahu mereka dapat memberikan hadiah.
Meski demikian, peneliti tidak menemukan adanya perubahan dalam tingkat keberhasilan saat anjing diberikan sampel untuk pertama kalinya, kedua, atau ketiga kalinya.
Faktanya, separuh anjing yang dilatih di Paris memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi saat pertama kali swab diperkenalkan.
Penulis mengatakan bahwa hasil ini mendukung hipotesis bahwa ingatan penciuman tidak memainkan peran utama, jika ada, dalam tugas diskriminasi dalam penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS ini.
Salah satu batasan utama lainnya adalah bahwa anjing diberi semua aroma secara bersamaan, bukan secara berurutan.
Hal itu berarti peneliti tidak dapat benar-benar menentukan seberapa sensitif atau spesifik hidung atau indera penciuman anjing dalam mencium bau di antara sampel.
Para penulis sepenuhnya mengakui ketidaksempurnaan ini, tetapi mereka juga membuat beberapa pembaruan penting pada penelitian yang dilakukan di tempat lain di dunia. Oleh sebab itu, studi lebih lanjut sangat diperlukan, termasuk versi double-blind.
Para peneliti Perancis juga meyakini ada banyak alasan untuk terus melakukan studi bagaimana anjing dapat dilatih untuk deteksi bau Covid-19 dari bau keringat, terutama untuk menskrining pada sekelompok besar orang.
#Anjing #Cium #Bau #Covid19 #dari #Keringat #Ketiak #Pasien #Kok #Bisa #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli