KOMPAS.com – Sleep apnea adalah gangguan tidur yang membuat napas penderitanya berhenti secara singkat selama beberapa kali saat tidur.
Masalah tidur ini dapat berdampak fatal karena rentan memicu masalah jantung dan komplikasi kesehatan lainnya.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu sleep apnea, gejala sleep apnea, penyebab sleep apnea, sampai siapa yang rentan terkena gangguan tidur ini.
Ketika tidur, ada kalanya seseorang susah bernapas selama beberapa saat karena ada lendir di tenggorokan atau sedang flu.
Tidak demikian bagi penderita sleep apnea. Henti napas saat tidur pada penderita sleep apnea bisa muncul setiap saat, termasuk saat tubuh dalam kondisi fit.
Hal yang perlu dipahami, tidak semua kondisi henti napas saat tidur bisa disebut sleep apnea.
Menurut Sleep Foundation, seseorang dikatakan mengalami sleep apnea apabila sesi napas berhenti saat tidur berlangsung setidaknya 10 detik.
Melansir Mayo Clinic, terdapat beberapa jenis sleep apnea, di antaranya:
- Obstructive sleep apnea atau apnea tidur obstruktif: terjadi saat otot tenggorokan rileks
- Apnea tidur sentral: terjadi saat otak tidak mengirimkan sinyal ke otot pengontrol pernapasan
- Sindrom apnea tidur kompleks: kombinasi antara apnea tidur opstruktif dan apnea tidur sentral
Tanda dan gejala sleep apnea, baik jenis obstruktif maupun sentral kurang lebih sama.
Gejala sleep apnea bisa muncul karena penderitanya tidak mendapatkan tidur yang berkualitas di malam hari.
Beberapa gejala sleep apnea yang kerap dialami penderitanya yakni:
- Mendengkur keras
- Napas berhenti beberapa kali saat tidur
- Terbangun dalam kondisi terengah-engah saat tidur
- Bangun tidur dengan kondisi mulut kering
- Sakit kepala di pagi hari
- Susah tidur
- Sering mengantuk di siang hari
- Susah fokus
- Gampang marah dan mudah lelah
Penyebab sleep apnea bisa berbeda-beda, tergantung jenis sleep apnea.
Obstructive sleep apnea atau sleep apnea obstruktif bisa disebabkan otot di bagian belakang tenggorokan rileks.
Otot di bagian belakang tenggorokan menopang langit-langit mulut, amandel, dinding samping tenggorokan, dan lidah.
Ketika otot rileks, saluran napas bisa menyempit dan menutup jalan napas.
Akibatnya, penderitanya jadi sulit mendapatkan udara dan kekurangan pasokan oksigen dalam darah.
Saat kekurangan oksigen, otak akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk segara bangun dan membuka kembali jalan napas yang tertutup.
Saat terbangun, penderita sleep apnea akan tersedak, kaget, atau mendengus.
Pola ini bisa berulang setiap lima sampai 30 kali setiap jam sepanjang malam saat tidur.
Sedangkan untuk apnea tidur sentral, kondisi ini bisa terjadi karena masalah otak yang gagal mengirimkan sinyal ke otot pernapasan.
Dampaknya, seseorang jadi kehilangan refleks bernapas selama beberapa saat.
Sleep apnea sentral juga bisa membuat penderitanya terbangun dalam kondisi sesak napas dan susah tidur kembali.
Siapa rentan terkena sleep apnea?
Masalah tidur apnea bisa menimpa siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Namun, beberapa orang lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif.
Di antaranya orang obesitas, punya leher tebal, saluran napas menyempit, laki-laki, perokok, sampai punya keluarga dengan riwayat sleep apnea.
Sementara itu, beberapa orang lebih rentan mengalami sleep apnea sentral apabila usianya bertambah, punya penyakit jantung dan stroke, serta pengguna narkoba.
Sleep apnea adalah masalah kesehatan serius. Komplikasinya bisa menyebabkan kelelahan, susah konsentrasi, sampai depresi.
Masalah tidur ini juga bisa memicu tekanan darah tinggi, masalah jantung, penyakit diebetes tipe 2, dan sindrom metabolik.
#Apa #itu #Sleep #Apnea
Klik disini untuk lihat artikel asli